Jumat, 25 Maret 2016

TUGAS SOFTSKILL BAHASA INDONESIA 2



BAB I
PENALARAN ILMIAH


1.1.   Pengertian Penalaran
Menurut Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorangkarena penalaran mendidik manusia bersikap objektif, tegasdan beranisuatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi”.
Dalam sumber yang sama, Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah suatu proses berpikir yang logis dengan berusaha menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fakta  adalah kenyataan yang dapat diukur dan dikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatanyaitu kegiatan yang menggunakan panca indera, melihat, mendengar, meraba, dan merasa. Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung, mengukur, menaksir, memberikan ciri-ciri, mengklasifikasikan, dan menghubung-hubungkan. Jadi, dasar berpikir adalah klasifikasi”.
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu deduktif dan induktif.

1.2.   Proposisi
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kaliimat Tanya,kalimat perintah, kalimat harapan , dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi . Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.
Proposisi sendiri berarti data yang dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar-tidaknya. Agar pembaca dapat menerima data secara benar maka data ini harus dirumuskan dalam kalimat berita yang netral. Proposisi ini terbangun karena adanya unsur yang disebut term. Term adalah kata atau kelompok kata yang dapat dijadikan subjek atau predikat dalam sebuah kalimat proposisi. Dengan demikian, proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat dalam subjek dan predikat. Sebagai contoh coba kita lihat kalimat di bawah ini:
“Semua kaca bisa pecah”
Kalimat “Semua kaca bisa pecah” adalah sebuah bentuk proposisi, sedang kalimat “Semua kaca” dan “bisa pecah” adalah term.

Hal yang menjadi catatan adalah bahwa proposisi harus berupa kalimat berita. Dalam kalimat ini pula harus dapat ditunjuk kelompok kalimat subjek dan kelompok kalimat predikat.

1.2.1.      Jenis-jenis Proposisi berdasarkan kriteria
Kita dapat membagi jenis proposisi menjadi empat kriteria, yaitu berdasarkan bentuknya, sifatnya, kualitasnya, dan kuantitasnya.

a)   Berdasarkan Bentuk
Berdasarkan bentuk, proposisi dapat dibedakan ke dalam proposisi tunggal dan proposisi majemuk. Proposisi tunggal merupakan proposisi yang terdiri atas satu pernyataan, sedangkan proposisi majemuk merupakan proposisi yang memuat dua (atau lebih) pernyataan dalam satu kalimat. Sebagai contoh perhatikan kalimat di bawah ini:
“Semua pelajar harus giat menuntut ilmu dan berdisiplin.”
Pada dasarnya kalimat di atas terdiri dari dua pernyataan, yaitu “semua pelajar harus giat menuntut ilmu.” dan “semua pelajar harus berdisiplin.”
b)   Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifat, proposisi dapat dibedakan ke dalam proposisi kategorial dan proposisi kondisional. Pada proposisi kategorial, hubungan subjke dan predikat terjadi dengan tanpa syarat, contohnya dapat kita lihat pada kalimat “Semua kaca bisa pecah.”. Kemudian pada proposisi kondisional, hubungan subjek dan predikat terjadi dengan syarat, contohnya dapat kita lihat pada kalimat “Kalau tidak dipotong, rambut akan panjang.”
Pada proposisi terdapat bagian yang dijadikan penyebab dan bagian yang dijadikan sebagai akibat. Bagian penyebab disebut anteseden dan bagian akibat disebut konsekuen. Anteseden harus mendahului konsekuen. Proposisi kondisional seperti contoh di atas disebut proposisi kondisional hipotesis. Di samping itu, terdapat pula proposisi kondisional disjugtif, yaitu proposisi kondisional yang mengemukakan pilihan. Biasanya ditandai dengan kata “atau” pada kalimatnya. Contohnya adalah kalimat “WS Rendra adalah seorang sastrawan atau budayawan.”
c)   Berdasarkan Kualitas
Berdasarkan kualitasnya, proposisi dapat dibedakan menjadi proposisi positif (afirmatif) dan proposisi negatif. Proposisi positif adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian antara subjek dan predikat, contohnya adalah kalimat “Mahasiswa adalah kaum terpelajar”, sedangkan proposisi negatif adalah proposisi yang menyatakan bahwa antara subjek dan predikat tidak ada hubungannya, contohnya adalah kalimat “sebagian buah tidak berasa manis.”
d)  Berdasarkan Kuantitas
Berdasarkan kuantitasnya, proposisi dapat dibedakan ke dalam proposisi universal dan proposisi khusus. Pada proposisi universal, predikat membenarkan atau mengingkari seluruh subjek, yang perlu digarisbawahi di sini adalah kata seluruh tersebut, contohnya adalah kalimat “Semua yang belajar di perguruan tinggi adalah Mahasiswa.”. Kemudian pada proposisi khusus, predikat membenarkan atau mengingkari sebagian subjek, yang perlu digarisbawahi adalah kata sebagian tersebut, contohnya adalah kalimat “tidak satupun binatang di Taman Safati dibiarkan kelaparan.”
Ada beberapa kata-kata yang menjadi penanda sebuah proposisi universal, antara lain:
  1. Universal positif, semua, setiap, masing-masing, apapun
  2. Universal negatif, tidak satupun, tidak sedikitpun, tak seorangpun.
Sedang untuk proposisi khusus kata-kata yang menjadi penandanya antara lain:
  1. Universal positif, sebagian, beberapa, sering, kadang-kadang.
  2. Universal negatif, tidak semua, tidak seluruhnya.

1.2.2.      JENIS-JENIS PROPOSISI
1)      Proposisi kategorik/proposisi subjek-predikat yaitu Proposisi yang terdiri atas subjek dan predikat. Dalam proposisi kategorik, predikat mengafirmasi atau menegasi subjek .Contoh:
Ø  Jendral Soedirman adalah seorang pejuang
Ø  Akhmad Albar bukan seorang mentri
2)      Proposisi afirmatif/proposisi positif yaitu proposisi kategorik yang mengafirmasikan atau mengiakan adanya hubungan antara subjek dan predikat, dalam hal ini diakui pula bahwa subjek menjadi bagian dari predikat. Contoh :
Ø  Aristoteles adalah ahli logika
Ø  Semua manusia adalah makhluk yang berakal budi
3)      Proposisi negatif yaitu proposisi kategorik yang menegasi atau mengingkari adanya hubungan antara subjek dan predikat. Contoh :
Ø  Sebagian politisi tidaklah licik
Ø  Komputer bukanlah tempat duduk
4)      Proposisi Universal yaitu proposisi kategorik yang menggunakan pembilang/quantifier yang bersifat universal (semua, tiap-tiap, masing-masing, setiap, siapa pun juga, apa pun juga). Contoh :
Ø  Beberapa mahasiswa adalah anak orang kaya
Ø  Sebagian mobil bergardan ganda
5)      Proposisi atomik yaitu proposisi yang hanya terdiri atas satu peryataan dan mengacu kepada nama diri atau juka menggunakan kata ganti, maka akan menggunakan penunjuk ini atau itu. Contoh :
Ø  Agus Sudrajat adalah mahasiswa Fisip UNSIL
Ø  Orang ini adalah pencopet
6)      Proposisi asertorik yaitu proposisi yang membenarkan bahwa subjek adalah sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh predikat. Dengan kata lain, apa yang disebutkan oleh predikat mengenai subjek memang benar adanya. Contoh :
Ø  Semua guru adalah pendidik
Ø  Semua ular adalah binatang melata.
7)      Proposisi apodiktik yaitu proposisi yang merupakan  kemestian kebenaran dari penjelasan yang diberikan oleh predikat terhadap subjek berdasarkan pertimbangan akal budi semata. Contoh :
Ø  Lima adalah sepuluh dibagi dua
Ø  Semua segitiga adalah bersisi tiga
8)      Proposisi empirik yaitu proposisi yang didasarkan pada pengamatan dan pengalaman. Contoh :
Ø  Suhartono adalah karyawan yang paling setia di kantor ini
Ø  Petrus adalah teman saya yang telah menderita penyakit ginjal selama sepuluh tahun
9)      Proposisi majemuk yaitu proposisi yang mengandung lebih dari satu pernyataan yang terlihat pula lewat subjek atau predikat yang berjumlah lebih dari satu. Contoh :
Ø  Agus adalah orang yang bijaksana dan rajin (Agus adalah orang yang bijaksana, Agus adalah orang yang rajin)
10)  Proposisi disjungtif yaitu proposisi majemuk yang menegaskan bahwa pada waktu yang bersamaan dua buah proposisi tidak dapat kedua-duanya benar atau kedua-duanya salah. (selalu menggunakan kata atau). Contoh :
Ø  Agus atau Erwin adalah pemimpin sejati
Hanya ada proposisi yang benar :
Ø  Agus adalah pemimpin sejati, atau
Ø  Erwin adalah pemimpin sejati.
11)  Proposisi konjungtif yaitu proposisi majemuk yang menegaskan bahwa dua predikat yang dihubungkan dengan subjek yang sama pada waktu yang sama tidak mungkin kedua-duanya benar. Hanya satu yang benar. (biasanya menggunakan kata “….sekaligus……. dan….”.
12)  Proposisi kondisional yaitu proposisi majemuk yang bersyarat, yang ditunjukan oleh kata-kata “jika, apabila…….maka”
13)  Proposisi komparatif  yaitu proposisi majemuk yang membandingkan dua subjek yang dihubungkan oleh suatu predikat.
14)  Proposisi problematik yaitu proposisi yang predikatnya hanyalah merupakan kemungkinan bagi subjek.
15)  Proposional relasional yaitu proposisi yang mengafirmasi atau menegasi hubungan antara dua hal atau dua subjek.
16)  Proposisi eksponibel yaitu proposisi yang tampaknya tidak jelas apakah ia merupakan proposisi tunggal atau proposisi majemuk, namun sebenarnya adalah proposisi majelmuk.
17)  Proposisi ekseptif  yaitu proposisi yang subjeknya dijelaskan dengan kata “selain daripada”, “selain”, dan “kecuali”.
18)  Proposisi eksklusif yaitu proposisi yang subjeknya dijelaskan dengan kata-kata ”semata-mata”, ”hanya” atau ”Cuma”.
19)  Proposisi tanpa pembilang yaitu proposisi yang subjeknya tidak dijelaskan oleh kata pembilang.

1.3.   Inferensi dan Implikasi
Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau dianggap benar. Kesimpulan yang ditarik juga disebut sebagai idiomatik. Hukum valid inference dipelajari dalam bidang logika. Inferensi manusia (yaitu bagaimana manusia menarik kesimpulan) secara tradisional dipelajari dalam bidang psikologi kognitif, kecerdasan buatan para peneliti mengembangkan sistem inferensi otomatis untuk meniru inferensi manusia.inferensi statistik memungkinkan untuk kesimpulan dari data kuantitatif.Contoh inferensi :
Ø  Inkoherensi
tidak ada definisi inferensi deduktif telah ditawarkan. definisi yang ditawarkan adalah untuk inferensi INDUKTIF. Filsuf Yunani didefinisikan sejumlah silogisme ,bagian tiga kesimpulan yang benar,yang dapat digunakan sebagai blok bangunan untuk penalaran yang lebih kompleks. Kita mulai dengan yang paling terkenal dari mereka semua: Semua manusia fana Socrates adalah seorang pria
Oleh karena itu, Sokrates adalah fana. Pembaca dapat memeriksa bahwa tempat dan kesimpulan yang benar, tetapi Logika berkaitan dengan inferensi: apakah kebenaran kesimpulan mengikuti dari yang tempat?
Validitas kesimpulan tergantung pada bentuk kesimpulan. Artinya, kata “berlaku” tidak mengacu pada kebenaran atau kesimpulan tempat, melainkan dengan bentuk kesimpulan. Inferensi dapat berlaku bahkan jika bagian yang palsu, dan dapat tidak valid bahkan jika bagian-bagian yang benar. Tapi bentuk yang valid dengan premis-premis yang benar akan selalu memiliki kesimpulan yang benar.
Sebagai contoh, perhatikan bentuk berikut symbological trek: Semua apel biru. Pisang adalah apel.
Oleh karena itu, pisang berwarna biru.

1.3.1.      Macam-macam inferensi
1)      Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya. Contoh:
Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada”.
Maka inferensi dari ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.
Contoh:
Pohon yang di tanam pak Budi setahun lalu hidup.
Dari premis tersebut dapat kita lansung menari kesimpulan (inferensi) bahwa: pohon yang ditanam pak budi setahun yang lalu tidak mati. 
2)      Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama. Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Contoh yang lain:
A : Saya melihat ke dalam kamar itu.
B : Plafonnya sangat tinggi.
Sebagai missing link diberikan inferensi, misalnya:
C: kamar itu memiliki plafon
Implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari kesimpulan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dalam evidensi (=implikasi), dan kesimpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi (=inferensi). Implikasi dapat merujuk kepada:
1.      Dalam manajemen:
·         Implikasi procedural meliputi tata analisis, pilihan representasi, peracanaan kerja dan formuasi kebijakan
·         implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan
2.      Dalam logika:
·         Implikasi logis dalam logika matematika
·         Kondisional material dalam falsafah logika
·         Jadi definis implikasi dalam bahasa indonesia adalah keterlibtan atau keadaan terlibat. Contoh : implikasi manusia sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentinganya.

1.4.   Wujud Evidensi
Evidensi adalah semua fakta yang ada, yang di hubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuran dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena. Evidensi sering juga disebut bukti empiris. Akan tetapi pengertian evidensi ini sulit untuk ditentukan secara pasti, meskipun petunjuk kepadanya tidak dapat dihindarkan. Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap di gunakan sebagai evidensi.
Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap pembaca sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya. Evidensi itu berbentuk data atau informasi, yaitu bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu, biasanya berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).
Kita mungkin mengartikannya sebagai “cara bagaimana kenyataan hadir” atau perwujudan dari ada bagi akal”. Misal Mr.A mengatakan “Dengan pasti ada 301.614 ikan di bengawan solo”, apa komentar kita ? Tentu saja kita tidak hanya mengangguk dan mengatakan “fakta yang menarik”. Kita akan mengernyitkan dahi terhadap keberanian orang itu untuk berkata demikian.
Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan sebagai “kepastian”, Tentu saja kemungkinan untuk benar tidak dapat di kesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau ngasal telah menyatakan jumlah yang persis. Tetapi tidak terlalu sulit bagi kita untuk menangguhkan persetujuan kita mengapa? Karena evidensi memadai untuk menjamin persetujuan jelaslah tidak ada. Kenyataannya tidak ada dalam persetujuan terhadap pernyataan tersebut. Sebaliknya, kalau seorang mengatakan mengenai ruang di mana saya duduk, “Ada tiga jendela di dalam ruang ini,” persetujuan atau ketidak setujuan saya segera jelas. Dalam hal ini evidensi yang menjamin persetujuan saya dengan mudah didapatkan.
Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang di maksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang di peroleh dari suatu sumber tertentu.

1.5.   Cara Menguji Data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi.

1.6.   Cara Menilai Autoritas
Menghidari semua desas-desus atau kesaksian, baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental. Ada beberapa cara sebagai berikut :
a)      Tidak mengandung prasangka
Pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
b)      Pengalaman dan pendidikan autoritas
Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
c)      Kemashuran dan prestise
Ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.
d)     Koherensi dengan kemajuan
Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar